Kesadaran dan Penerimaan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menghadapi situasi di mana orang lain tidak menerima pendapat atau saran yang kita berikan meskipun itu demi kebaikan mereka. Tetapi tidak menjadi tanggung jawab kita untuk terus menerus menjadi “pengurus” yang baik bagi orang lain, dan beranggapan bahwa kitalah “jawaban” atas kesembuhannya serta memaksakan penerimaan orang tersebut terhadap apa yang kita telah sampaikan, karena jawaban sesungguhnya hanyalah dalam Tuhan. Terkadang menjaga bounderies juga dapat menjadi “obat” yang baik bagi mereka. Lalu apakah yang kita lakukan ketika mengalami penolakan ?
Matius 10:11-14 mengajarkan kita untuk mengerti mengenai:
1. Pentingnya kesadaran diri : Kita perlu menyadari bahwa kita semua memiliki keterbatasan dan kecenderungan untuk menolak kebenaran. Kesadaran ini akan membantu kita menjadi lebih rendah hati dan terbuka terhadap masukan dari orang lain.
2. Sikap bijaksana dalam menyampaikan pesan : Kita perlu menyampaikan pesan dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan kondisi dan penerimaan orang yang kita ajak bicara.
3. Menerima penolakan dengan lapang dada : Ketika kita mengalami penolakan, kita perlu menerimanya dengan lapang dada dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
4. Terus berdoa untuk mereka yang menolak : Meskipun seseorang menolak pesan kita, kita tetap perlu mendoakan mereka agar Tuhan membuka hati mereka.
Ayat ini memberikan kita pelajaran penting tentang bagaimana sikap hati kita dalam berinteraksi dengan orang lain, terutama ketika kita ingin menyampaikan kebenaran.
Kita tidak bisa dan tidak boleh memaksa seseorang untuk menerima kebenaran, akan tetapi kita tetap harus berusaha untuk menjangkau mereka dengan kasih dan kesabaran dengan melibatkan Tuhan di dalamnya.