Jalan Baru Orang Tua dan Anak
Hubungan antara orang tua dan anak sering kali penuh dinamika. Terkadang, ada luka yang timbul karena kesalahpahaman, kata-kata tajam, atau bahkan kealpaan satu sama lain.
Namun, kabar baiknya adalah bahwa dalam Kristus, tidak ada luka yang terlalu dalam untuk dipulihkan. Firman Tuhan berkata:
“Dan kamu sekalian, hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”
Efesus 6:1
Restorasi hubungan ini memang tidak mudah. Salah satu hambatan terbesar sering kali adalah perasaan malu atau gengsi. Sebagai anak, mungkin kita malu mengakui bahwa kita telah salah memahami maksud orang tua. Sebagai orang tua, mungkin gengsi mengakui bahwa kita juga bisa salah dalam mendidik atau bersikap terlalu keras. Namun, gengsi tidak akan membawa pemulihan, melainkan memperpanjang jarak. Solusinya adalah:
1.Sadari bahwa kita semua butuh kasih karunia Tuhan.
Tidak ada manusia yang sempurna. Mengakui kelemahan bukan berarti kita lemah, tetapi menunjukkan bahwa kita bersandar pada Tuhan yang sempurna. Firman Tuhan berkata:
“Sebab itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.” (1 Petrus 5:6)
2.Mulailah dengan langkah kecil.
Jika terasa sulit untuk langsung meminta maaf, mulailah dengan tindakan sederhana. Misalnya, mengirim pesan, membantu sesuatu tanpa diminta, atau memulai percakapan ringan. Tindakan kecil ini menunjukkan bahwa ada niat baik.
3.Utamakan kasih, bukan ego.
Ingatlah bahwa hubungan lebih penting daripada rasa benar sendiri. Kristus telah menunjukkan kasih-Nya dengan mati bagi kita bahkan ketika kita masih berdosa. Kasih seperti ini adalah teladan yang memulihkan.
Percayalah, ketika kita berani mengesampingkan rasa malu dan gengsi, Tuhan akan bekerja melalui langkah iman kita. Hubungan yang retak dapat dipulihkan menjadi lebih indah ketika Kristus menjadi pusatnya.