New Wine International Church

View Original

Lebih Dulu

Karakter dan cara pandang seseorang tidak serta merta terbentuk instan dalam semalam. Semua dipupuk secara konstan dari apa saja yang dialami dari masa lalu, termasuk pastinya dari keluarga sebagai bagian terdekat dalam membawa dampak.

Mengerti kebenaran ini, dapat membuat kita lebih berpengertian kepada orangtua yang mungkin keras dan dingin. Orangtua kita adalah buah dari budaya yang dioper generasi sebelumnya. Apakah kita juga akan mengoper hal yang sama pada keturunan selanjutnya?

Sad truth, cukup banyak dari kita yang mempunyai hubungan tidak dekat dengan orangtua, atau bahkan ada yang membenci mereka, dan tanpa sadar marah kepada Tuhan yang mengijinkannya lahir di tengah keluarga itu.

Dalam begitu banyak kekecewaan yang dibuat oleh orangtua, saya tau manusiawi untuk kita terluka oleh mereka. Tapi taukah kalian susahnya menjadi orangtua?

Bukan saja sulitnya menghadapi sang anak, orangtua juga seringkali sulit mengendalikan emosinya sendiri. Apa yang tidak mau mereka perbuat, mereka malah melakukannya kepada anak, sehingga anak terluka. Mestinya kita juga sangat relate, seperti rasul Paulus pun terus berjuang dalam hal ini:

“Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.” (Roma‬ ‭7‬:‭15‬)

Bukan untuk menjadi pembenaran, tapi agar menjadi pengingat bahwa orangtua adalah manusia biasa seperti kita yang sedang berjuang untuk berbuat benar, di tengah kesulitan untuk melakukannya.

Jika orangtuamu masih di luar Tuhan atau sekadar beragama tapi tidak sungguh rohani, jelas mereka akan sangat sulit melakukan yang benar dalam kehendak Allah.

Tapi tidak seharusnya dengan kita, yang telah kian bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Kasih Kristus yang dinyatakan kepada kita, ketika kita masih berdosa (Roma 5:8), mestinya mendorong kita untuk dapat menyatakan kasih yang sama, ketika orangtua masih “menyebalkan” dengan tingkahnya yang menyakitkan. Begitupun kita di hadapan-Nya ketika dulu hidup melawan Tuhan. Toh IA tidak berhenti mengasihi.

Di manapun posisi kita, entah saat ini bergumul terhadap orangtua atau anak yang keras. Jika engkau membaca renungan ini, artinya bola sedang ada di tanganmu. Marilah melakukan kasih yang LEBIH DULU.

Sebab telah terbukti kasih Tuhan yang seperti inilah yang ubahkan kita pada akhirnya, bukan?

“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1 Yoh‬ ‭4‬:‭10‬)

Sebelum kita menjadi orangtua dan menyadari kesulitannya kelak, selesaikanlah dulu hubungan yang retak dengan orangtua dalam damai. Karena sama seperti seseorang tidak akan bisa menjadi pemimpin yang baik sebelum dapat dipimpin, begitupun seseorang tidak dapat menjadi orangtua yang baik sebelum ia berhasil menjadi anak.

Untuk itulah kita diangkat menjadi anak-anak Tuhan, agar sebagai anak kitapun memenangkan orangtua di bumi dengan menghormati mengasihi mengampuninya.