A Bridge Between Mars and Venus

"Men are from Mars, Women are from Venus", ungkapan yang sering dipakai dalam pop-culture ini berasal dari buku seorang tokoh konselor hubungan yang bernama John Gray, Ph.D. Buku ini, walau sekarang sudah terbukti sebagai pseudoscience, sukses mempopulerkan anggapan tentang bagaimana hubungan interpersonal antara seorang pria dan wanita bisa dipengaruhi oleh dasar psikologi yang berbeda. Karena itu, dalam hubungan seringkali kita dan pasangan itu ga nyambung. Sering maksud yang kita ingin sampaikan ga sampai dengan tepat karena perspektif yang berbeda ketika melihat masalah. 

Dalam pernikahan, kita harus menyadari bahwa pernikahan adalah persekutuan eksklusif serta kudus antara laki-laki dan perempuan yang sudah ditetapkan oleh ALLAH sejak kejadian Adam dan Hawa. Pertalian ini membuat manusia itu tidak hanya dilihat secara individual, namun juga sebagai anggota dari lembaga keluarga.

Karena itu, ada beberapa hal mendasar yang patut kita perhatikan jika kita sudah siap melangkah lebih lanjut dalam komitmen pernikahan : 

1. Komunikasi

Komunikasi yang buruk bisa menghancurkan kehangatan dalam rumah tangga. Menurut Julianto Simanjuntak, 30% perceraian di Indonesia terjadi karena salah satu pasangan meninggalkan tanggung jawabnya terhadap keluarga. Peran dan tanggung jawab itu harusnya bisa kita breakdown dengan pasangan dalam proses KOMUNIKASI kita. Kita harus bisa saling mengisi dengan cara berembug berdua secara TERBUKA. Kita harus bisa saling JUJUR dengan plus minus diri kita sendiri di hadapan pasangan. Kejujuran memiliki peran penting dalam proses komunikasi agar bisa berjalan lancar. 

"Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." - Efesus 4:25

2. Mendengarkan

Masih berkaitan dengan komunikasi, mendengarkan adalah proses yang membuat kita semakin mengerti pasangan kita. Dalam Alkitab pun kita diingatkan bahwa sebenarnya proses mendengarkan dalam komunikasi itu lebih penting dari berbicara, seperti yang telah dituliskan oleh Yakobus. Proses mendengar yang baik juga membuat kita terhindar dari amarah akibat kesalahpahaman karena terburu-buru mengambil keputusan.

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hedaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;" - Yakobus 1:19

3. Penerimaan
Pastor Raguel Lewi mengingatkan kita pada sermon minggu lalu, bahwa "Godly Marriage" adalah ketika kita sudah melihat semua sisi terburuk dari pasangan kita dan kita memutuskan untuk berkomitmen, tinggal, dan MENERIMA segala kekurangan itu. Di sini seharusnya pacaran adalah sebuah proses seleksi yang sangat penting dalam proses penjajakan hubungan. Kalau kita sudah masuk ke dalam mahligai pernikahan, kita harusnya sudah bisa melihat seluruh baik buruknya pasangan kita dengan benar. Kita harus bisa menerima kekurangan pasangan kita seperti Kristus telah menerima kita dalam segala keberdosaan kita. Dia menjadikan kita bernilai.

"Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." - Roma 15:7

Dengan ketiga hal di atas, kita bisa membangun pernikahan kita ke arah "Godly Marriage" yang diinginkan Tuhan. Dengan komunikasi yang baik, kita bisa membangun "jembatan" yang bisa membuat penduduk Mars dan Venus bisa saling mengerti satu sama lain. 

Memang laki-laki dan perempuan adalah makhluk dengan struktur dan kecenderungan psikologi yang berbeda, akan tetapi, kita semua adalah makhluk yang senantiasa dibentuk untuk semakin menjadi segambar dan serupa dengan Allah (Imago Dei). Jadi kita harus mencontoh perilaku dan mengenakan kasih Kristus dalam setiap aspek hidup kita, termasuk pernikahan. 

“Jadikan pernikahan kita "Godly Marriage", agar pernikahan kita adalah pernikahan yang memuliakan Allah! Soli Deo Gloria!”

Previous
Previous

Mission in Marriage

Next
Next

Pulih dari Sakit Hati