Authenticity : The Origin
Authenticity menjadi salah 1 kata yang cukup intens digunakan dalam kehidupan gereja belakangan ini. Namun, apa sebenarnya arti authenticity? Bagaimana implikasinya pada pertumbuhan gereja, termasuk gereja yang terdiri dari multi generasi?
Secara harafiah, authenticity berarti conforming to an original; sesuai dengan aslinya atau desain awal.
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” – Kejadian 1:27 (TB)
Desain awal manusia adalah menurut gambar atau rupaNya. Namun, kita tahu kelanjutan dari kisah penciptaan tersebut adalah jatuhnya manusia dalam dosa yang mengakibatkan adanya ‘cacat’ terhadap rancangan awal Allah yang baik.
Lantas, apa pentingnya authenticity pada kehidupan bergereja saat ini? Authenticity sering dikaitkan dengan be who you are atau menjadi diri kita apa adanya. Pertanyaannya, apakah memang itu yang dimaksudkan oleh FirmanNya, terutama setelah jatuhnya manusia dalam dosa? Apakah cukup menjadi diri kita apa adanya saja?
Jawab Yesus kepadanya, “Aku menegaskan kepadamu bahwa perkataan ini benar: Tidak ada seorang pun yang bisa menjadi warga kerajaan Allah kalau dia tidak dilahirkan kembali.” - Yohanes 3:3 (TSI)
Ayat di atas kembali menegaskan bahwa jatuhnya manusia dalam dosa adalah alasan mengapa manusia tidak dapat menjadi warga kerajaan Allah, kecuali mereka ‘dilahirkan kembali’. Lahir kembali yang dimaksud adalah secara rohani dan melaluinya manusia diproses kembali menuju rancangan semula sesuai gambarNya.
Dengan kuasa Roh Kudus, setiap orang percaya diproses menjadi serupa Kristus. Keserupaan dengan Kristus akan melahirkan buah yang menolong gereja untuk terus bertumbuh. Menjadi diri kita apa adanya adalah awal, namun menjadi seperti apa yang Tuhan mau adalah hal yang harus terus kita kejar. Diperlukan kerja sama antara kemauan kita dan kuasa Roh Kudus untuk menjadi serupa gambarNya.
Selamat beraktivitas. God bless you