Menjadi Bijak Dalam Api Semangat
'Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu.' – Ulangan 32:7
Berbicara mengenai intergenerational leadership, kita selalu diperhadapkan dengan generational gap. Jurang yang terjadi itu karena kita generasi muda belum memahami kehidupan seperti bagaimana generasi yang lebih tua telah pahami dari apa yang telah mereka alami. Karena perkembangan teknologi modern dan globalisasi, kita seringkali menganggap orang tua kita kolot dan old-fashioned, padahal itu terjadi hanya karena teknologi dan informasi yang kita terima dan gunakan sekarang tidak ada pada masa mereka.
Saya menjadi teringat kisah Rehabeam ketika menjadi raja sepeninggal Salomo pada 1 Raja-Raja 12:1-15. Ketika itu ia meminta nasihat kepada tua-tua dan generasi muda Israel, namun ia tidak mau mendengar nasihat tua-tua Israel yang dianggapnya kolot dan tidak berpihak padanya. Pada akhirnya, ia menjadi diktator dan tidak disukai oleh rakyatnya, hanya karena ia tidak mendengarkan masukan dari tua-tua.
Kalau kita tarik ke konteks kita. Seringnya kita abai dengan nasihat dari orang tua kita. Kita selalu mengabaikan nasihat yang mereka sarikan melalui wisdom dan asam garam yang mereka peroleh dari berdekade-dekade hidup mereka. Lalu apa yang harus kita perbuat? Setidaknya yang bisa kita buat adalah sebagai berikut :
Kita harus terbuka dengan berbagai masukan; baik dari yang tua atau muda,
Kita harus dapat memilah apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiap generasi,
Kita harus membangun komunikasi yang baik antar generasi dengan kerendahan hati dan saling menurunkan ego,
Hasil dari komunikasi tersebut harus dipergunakan for the greater good bagi semua dalam diskusi yang sehat.
Dari bacaan hari ini, jika kita menggabungkan wisdom yang kita pelajari dengan api semangat kita, maka kita akan dapat menjadi pemimpin yang baik! Tuhan Yesus berkati !