Matter of Heart

“Jadi, usahakanlah dahulu supaya Allah memerintah atas hidupmu dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah juga kepadamu. “ - Matius 6:33 (BIMK)

“Greed is the assumption that it is all for my consumption.”

Statement di atas rasanya sudah cukup untuk menyimpulkan khotbah hari minggu kemarin. Saya sangat setuju bahwa masalah uang tidaklah terletak pada seberapa banyak uang yang kita miliki, melainkan pada bagaimana kita mengelola uang tersebut.

Dalam perenungan, saya mendapati bahwa masalah uang adalah masalah hati. Seperti yang disampaikan oleh Ps. Oemin, kita bisa saja tetap serakah meski kita tidak memiliki banyak uang. Kita juga tetap bisa serakah, meski kita telah memiliki banyak uang. Keserakahan tidak ada urusannya dengan banyaknya uang yang kita punya, melainkan pada sikap hati kita.

Keserakahan dapat kita ‘bereskan’ dengan beberapa langkah praktis, di antaranya:

Pertama, membangun sikap hati yang benar. Sikap hati yang dimaksud adalah mengutamakan ketaatan dan penundukan yang sungguh kepada Allah. Ketika kita mampu membangun ketaatan dan penundukan ini, kita tidak perlu khawatir karena segala hal lainnya akan diberikan juga kepada kita. Melalui sikap hati ini, kita akan memiliki rasa puas atau cukup untuk ‘memerangi’ rasa serakah yang ‘menggoda’ dalam hati.

Kedua, mengelola keuangan berdasarkan komposisi yang penuh komitmen atau yang dalam khotbah Ps. Oemin disebut living by percentage. Hal ini dilakukan dengan mengatur ulang prioritas kita dalam mengeluarkan uang yang kita punya, dimulai dengan keperluan untuk memberi (giving), menabung (saving), dan kehidupan sehari-hari (living). Selayaknya Kerajaan Surga yang all about giving, demikianlah seharusnya kita dalam mengelola uang.

Ketiga, ask for wisdom atau minta hikmat dari Tuhan. Hikmat ini kita perlukan agar melalui tuntunan Roh Kudus, kita mampu menjadi penilik (steward) yang baik. Berkat pasti Tuhan sediakan, namun kita perlu hikmat untuk menjadi pengelola yang taat.

Previous
Previous

Nyaman dengan “Pas”

Next
Next

Siapakah Tuan di Hati Kita ?