Reaksi Adalah Tanggung Jawab Kita

Teman-teman, pernah nggak sih kita merasa disalahkan karena bereaksi dengan cara yang nggak tepat dalam situasi tertentu? Misalnya, saat kita marah, kecewa, atau tersinggung, terus kita meledak atau berkata-kata kasar.

Kadang, kita merasa reaksi kita wajar karena keadaan atau karena orang lain yang bikin kita marah. Tapi, pernah nggak kita mikir bahwa reaksi kita, apapun keadaannya, sebenarnya adalah tanggung jawab kita sendiri?

Di dalam firman Tuhan, kita sering diingatkan untuk sabar, mengendalikan diri, dan penuh kasih. Tapi realitanya, kita masih sering terpancing emosi dan bereaksi dengan cara yang nggak mencerminkan ajaran Tuhan.

Ini bisa terjadi di mana saja: di rumah, di tempat kerja, bahkan di gereja.

Mungkin kita bisa bilang, “Ya, saya marah karena dia duluan yang bikin salah,” atau “Saya kecewa karena situasinya benar-benar nggak adil.”

Tapi, tetap saja, bagaimana kita bereaksi adalah pilihan kita, dan Tuhan melihat itu. Nggak ada alasan yang bisa membuat reaksi kita dibenarkan kalau itu bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Reaksi kita bukan hanya soal emosional sesaat, tapi juga mencerminkan karakter kita.

Tuhan memanggil kita untuk menjadi terang dan garam di dunia ini, termasuk dalam cara kita meresponi situasi dan orang lain. Ketika kita bereaksi dengan kemarahan, kepahitan, atau sikap negatif lainnya, kita bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga mengecewakan Tuhan yang telah memberi kita tanggung jawab untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Jadi, mari kita renungkan dan ingat bahwa reaksi kita adalah tanggung jawab kita. Ketika kita berhadapan dengan situasi yang sulit, mari kita minta hikmat dari Tuhan agar kita bisa bereaksi dengan cara yang memuliakan-Nya.

Ingat, reaksi kita adalah cermin dari hubungan kita dengan Tuhan.

Previous
Previous

Holy Emotions

Next
Next

Menghadapi Tantangan Hidup Dengan Iman dan Kendali Diri