Fine Tuning The Balance in Discipline.

Mendidik anak seringkali menempatkan kita di persimpangan antara menjadi terlalu keras atau terlalu permisif. Di tengah kebingungan ini, Alkitab menawarkan sebuah kompas yang pasti: disiplin yang lahir dari kasih, bukan kemarahan.

Dasar dari disiplin yang alkitabiah adalah kasih yang tulus. Tujuannya bukanlah untuk melampiaskan emosi, melainkan untuk kebaikan jangka panjang sang anak. Sama seperti Tuhan mendidik anak-anak yang dikasihi-Nya, begitu pula kita dipanggil untuk melakukannya. Ibrani 12:6 menyatakan, "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Maka, disiplin yang benar adalah bukti bahwa kita cukup peduli untuk melakukan hal yang sulit demi masa depan mereka.

Fokus utama disiplin bukanlah menghukum kesalahan, melainkan membentuk karakter untuk masa depan. Ini adalah sebuah proses proaktif untuk menanamkan nilai-nilai luhur. Amsal 22:6 menasihati, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Koreksi dan arahan menjadi bagian tak terpisahkan dari "didikan" tersebut.

Kuncinya terletak pada keseimbangan. Ketegasan dalam menerapkan batasan memang perlu, seperti yang tertulis dalam Amsal 13:24. Namun, ketegasan itu harus selalu dibungkus dalam kelembutan dan ajaran. Alkitab memberi batasan yang sangat jelas dalam Efesus 6:4: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." Disiplin yang hanya didasari emosi sesaat akan melukai, namun disiplin yang disertai ajaran dan anugerah akan membangun.

Proses ini mungkin terasa berat. Namun, firman Tuhan menjanjikan hasil yang indah. Ibrani 12:11 mengingatkan kita bahwa pada akhirnya disiplin akan "menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai." Ini adalah investasi kekal dalam jiwa anak-anak kita. Tuhan berkati!

Next
Next

Tuhan yang Mengajar, Kita yang Menyiram