Leadership: Presence vs Absence
“GOD said, “My presence will go with you. I’ll see the journey to the end.” Moses said, “If your presence doesn’t take the lead here, call this trip off right now. How else will it be known that you’re with me in this, with me and your people? Are you traveling with us or not? How else will we know that we’re special, I and your people, among all other people on this planet Earth?”
Saya yakin, sebagian dari kita sudah pernah merasakan frustrasinya ketika punya boss yang.. Keliatan banget kalau posisinya itu bukan karena they deserve it. Orangnya tidak kompeten, sebodo teing ketika karyawannya ada masalah, lempar tanggung jawab, bahkan mengkambing hitamkan kolega untuk menyelamatkan diri. Ini adalah salah satu stressor terparah dalam dunia kerja. Bagaimana dengan kebalikannya? Manager yang bahkan mungkin tidak terlalu kompeten, tapi dia selalu ikut lembur bareng, membela hak timnya, ikut terlibat turun tangan dalam project kantor, dll. Yang mana yang kita akan lebih hormati dan kehilangan kalau orangnya sudah tidak ada? Tentu yang kedua.
Terkadang kita terlalu pusing dengan prinsip bahwa seorang leader itu harus bisa vokal, jago ngomong, berorasi, dll. Padahal, ketika keberadaan diri kita sudah membawa pengaruh yang signifikan, maka kita sudah menjadi sosok leader yang efektif. Hal ini tampak pada kisah Daud dan para prajuritnya yang jauh lebih kuat dari Daud itu sendiri. Namun, mengapa mereka bisa loyal? Karena mereka sudah melewati berbagai badai kehidupan bersama, sehingga mereka bisa mengenal Daud, dan percaya bahwa Daud adalah leader yang benar.
Ada alasannya mengapa kita sering bilang “hadirat Tuhan”, ya karena yang terpenting bukanlah berkat Tuhan, namun kehadiranNya dalam hidup kita. Apakah kita sudah menjadi sosok yang demikian?
Management is operational. Leadership is relational. Management checks off. Leadership shows up. You don't have to be charismatic to be a leader, but you have to be relational.