Genuine Heart Influence

Ada banyak orang bisa memimpin dengan suara keras, strategi hebat, atau karisma yang memukau. Tapi Tuhan tidak pernah mengukur pengaruh dari seberapa besar suara kita. Ia mengukurnya dari seberapa tulus hati kita.

Alkitab mencatat, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Samuel 16:7).

Ayat ini bukan hanya teguran, tapi juga standar yang Tuhan tetapkan. Pengaruh yang murni tidak lahir dari ambisi pribadi, tetapi dari hati yang benar di hadapan Tuhan. Hati yang bersih selalu menghasilkan pengaruh yang bersih. Kadang kita tergoda menunjukkan performa. Membuktikan diri. Membuat orang kagum. Namun Tuhan memanggil kita untuk sesuatu yang lebih tinggi daripada itu. Ia memanggil kita untuk keaslian.

Untuk hidup dengan integritas, bahkan saat tidak ada yang melihat. Untuk tetap rendah hati ketika dipuji, dan tetap teguh ketika diuji. Pengaruh yang sejati tidak perlu dipamerkan. Orang akan merasakannya. Mereka melihat cara kita memperlakukan orang lain. Mereka merasakan keteduhan dari kata-kata kita. Mereka menangkap ketulusan dari respons kita. Dan tanpa sadar, hidup kita menjadi pesan yang berbicara lebih keras dari seribu nasihat.

Yesus berkata, “Dari buahnya lah kamu akan mengenal mereka.” (Matius 7:20). Buah tidak bisa dipalsukan. Dan hati yang dekat dengan Tuhan tidak bisa tidak—akan menghasilkan buah yang mempengaruhi orang di sekitar kita secara alami.

Jika hari ini Tuhan mempercayakan kamu posisi, komunitas, pasangan, keluarga, pekerjaan, atau platform… itu bukan kebetulan. Ia sedang mencari orang yang pengaruhnya lahir dari hati yang genuine. Hati yang tidak digerakkan oleh ego, tetapi digerakkan oleh kasih. Hati yang tidak mengejar tepuk tangan, tetapi mengejar kebenaran.

Pengaruh yang berasal dari hati yang murni akan bertahan, sementara pengaruh yang dibangun dari pencitraan akan runtuh.

Biarlah hidup kita menjadi kesaksian bahwa otoritas terbesar selalu keluar dari hati yang paling tunduk kepada Tuhan. Dan kasih yang paling kuat selalu keluar dari hati yang paling dipulihkan oleh-Nya.

Next
Next

Leadership: Presence vs Absence