Bait Allah

“Tubuhmu adalah Bait Allah” bukanlah ayat yang dipakai semata-mata untuk “membatasi” kita agar berhati-hati menggunakan tubuh sebagai milik Kristus. Lebih dari itu, ayat ini juga mestinya jadi pengingat bahwa ada Tuhan Sendiri tinggal dalam kita.

Dan jika memang IA hadir di dalam, sudahkah mereka yang di luar dapat merasakan kehadiran-Nya melalui hidup kita?

Kirk Franklin menuliskan dalam lirik lagunya “The Last Jesus”:
If I say I love Jesus, but you can't see my Jesus
My words are empty, if they can't see Jesus in me
No more excuses, I give myself away
Because I may be the only Jesus they see

Leadership bukan tentang posisi, tapi pengaruh dan peranmu di dunia ini. Bagaimana orang di sekitarmu memaknai hadirmu bagi mereka? Sebuah perenungan yang mungkin hanya dapat dijawab oleh orang-orang di sekelilingmu. Tapi melalui perenungan ini, mari biarkan Roh Kudus menginsafkan kesalahan yang mungkin masih kita lakukan pada sesama.

Tidak hanya perbuatan jahat yang kita lakukan, tapi juga perbuatan baik yang tidak kita lakukan. Adakah kita menahan kebaikan, bantuan, maaf, pujian, atau hal mulia lain yang sepatutnya dapat kita berikan kepada seorang?

Kita berbuat baik bukan supaya dibalas juga dengan kebaikan di kemudian hari, namun karena Tuhan yang rela tinggal dalammu, telah mengalirkan kebaikan tak terbatas di hidupmu.

Kita berbuat baik bukan pula agar dipuji dan diakui. Ingin menyenangkan manusia, seringkali jadi jebakan dalam hal ini. Seorang pemimpin sekalipun bisa disetir oleh kemauan orang lain. Alih-alih jadi si paling baik, kita menjadi people pleaser. Remember, we live for the audience of one.

Kebaikan kita tidak berdasar pada subyektivitas manusia, namun pada kebenaran Allah dan kehendak-Nya. Maka penilaian dari manusia bukan wadah validasi, melainkan sebuah refleksi untuk memancarkan Kristus lebih lagi.

Have they seen Jesus in you?

Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.
— Yoh‬anes ‭3‬:‭30‬
Previous
Previous

Karakter Pemimpin

Next
Next

Genuine Heart Influence