Orang Majus Keempat

Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
— Matius 25:40

Kisah klasik The Other Wise Man menceritakan Artaban, orang Majus keempat yang hendak menyusul rekan-rekannya menyembah Yesus. Ia membawa tiga permata mahal sebagai kado. Namun, ia tidak pernah sampai di depan palungan.

Di perjalanan, ia selalu terhenti oleh "gangguan": seorang pria sakit parah, bayi yang terancam dibunuh tentara, dan gadis yang dijual sebagai budak. Hati Artaban tak tega. Satu per satu permatanya habis dijual untuk menolong mereka. Ia menghabiskan hidupnya melayani orang miskin tanpa pernah bertemu Yesus secara fisik.

Di ujung usianya, Artaban menangis karena merasa gagal memberi kado bagi Rajanya. Namun, sebuah suara lembut berkata: "Artaban, jangan bersedih. Saat engkau menolong orang sakit itu, menyelamatkan bayi itu, dan membebaskan gadis itu... sesungguhnya engkau telah memberikan permata-permata itu kepada-Ku."

Natal seringkali kita persempit menjadi perayaan liturgis dan tukar kado dengan orang terdekat. Kita sibuk mempercantik gereja dan rumah, namun sering menutup mata terhadap "Kristus" yang hadir dalam rupa orang-orang yang menderita di sekitar kita.

Tuhan tidak butuh kemewahan kita; Ia menginginkan hati yang peduli. Menjadi berkat berarti rela kenyamanan kita "diinterupsi" oleh kebutuhan orang lain. Natal yang sejati terjadi bukan saat lagu Silent Night berkumandang, tetapi saat tangan kita terulur memberi makan yang lapar, mendengar yang kesepian, dan menguatkan yang lemah.

Jangan biarkan Natal berlalu hanya sebagai pesta. Jadikan momen ini kesempatan untuk menemukan wajah Yesus pada wajah sesama. Kebaikanmu pada mereka adalah kado terindah bagi-Nya.

Next
Next

Lebih dari Sekedar 'Ya'