Rajin Gereja, Tapi Jauh dari Yesus?

...Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
— Markus 7:6

Berapa banyak dari kita yang tampak aktif secara rohani—sibuk melayani, setia hadir di gereja, bahkan tahu banyak ayat Alkitab—tapi diam-diam merasa hampa? Kita tahu semua yang harus dilakukan sebagai orang Kristen: doa, baca Firman, hadir di persekutuan. Tapi kalau semuanya hanya jadi rutinitas tanpa cinta kepada Kristus, kita sedang menjalani agama, bukan relasi.

Agama bisa membuat kita merasa aman secara rohani hanya karena checklist terpenuhi. Tapi rasa aman itu palsu. Kita kehilangan keintiman. Kita kehilangan getaran hati saat menyembah. Kita kehilangan kerinduan untuk duduk diam di kaki Yesus. Kita hadir, tapi hati kita absen. Kita melayani, tapi motivasinya kabur. Kita memuji, tapi hati kita dingin.

Yesus tidak mati di kayu salib hanya agar kita jadi religius. Dia ingin kita hidup. Hidup dalam relasi yang nyata, yang segar, yang penuh kasih dengan-Nya. Dia tidak mencari orang sibuk. Dia mencari orang yang mencintai-Nya. Dan kasih sejati tak pernah berhenti di rutinitas. Ia akan selalu mendorong kita lebih dekat, lebih dalam, lebih tulus.

Tuhan melihat kedalaman hati kita, bukan sekadar apa yang tampak dari luar. Bagi-Nya, alasan di balik tindakan kita jauh lebih penting daripada tindakan itu sendiri. Yang Dia rindukan adalah keintiman yang tulus, bukan sekedar rutinitas yang hampa.

Coba renungkan dan jujur pada diri sendiri: apakah kita hidup karena cinta kepada Kristus, atau hanya menjalankan agama?

Karena agama bisa mati. Tapi Yesus, Dia satu-satunya yang memberi hidup. Karena dekat di gereja belum tentu dekat di hati. Kurang agama bukan masalah, tapi kurang Yesus itu yang masalah

Previous
Previous

The Way, The Truth, The Life

Next
Next

Yesus Disalibkan oleh Orang Religius