Budak Terbaik

"Gak apa-apalah begini-gini aja, yang penting jalanin aja. Toh sekarang aku bukan siapa-siapa..." “cuman staf kantor biasa” “cuman mahasiswa kupu-kupu” “cuman anak biasa, jadi gak usah yang gimana-gimanalah”

Kalimat ini, entah sadar atau gak, mungkin pernah kita ucapkan. Atau lebih sering lagi: kita pikirin. Dan tanpa sadar, kalimat ini jadi gaya hidup, kompromi, pasrah tanpa harapan, dan kehilangan arah karna mikir kita bukan orang yang cukup kompeten untuk melakukan sesuatu secara benar, stay jadi biasa-biasa aja kayanya cukup.

Kita berhenti melangkah bukan karena gak bisa, tapi karena merasa gak layak. Merasa posisi kita sekarang terlalu kecil, terlalu rusak, atau terlalu telat buat dipakai Tuhan. Atau juga kitanya yang terlalu malas?

Tapi coba lihat kisah Yusuf. Waktu dia dijual jadi budak oleh kakak-kakaknya, dia benar-benar gak punya apa-apa lagi. Kehilangan status, keluarga, bahkan harapan. Tapi luar biasanya, Alkitab mencatat bahwa “TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya” (Kejadian 39:2). Bahkan saat jadi budak di rumah Potifar, Yusuf tetap jadi orang yang bisa dipercaya, rajin, dan punya karakter kuat. Dia bahkan dipromosikan, dan Potifar mempercayakan seluruh rumah tangganya kepada Yusuf (Kejadian 39:4).

Apa artinya? Artinya Yusuf tidak membiarkan status "budak" mendefinisikan siapa dia. Dia tidak hidup dengan mentalitas, “aku bukan siapa-siapa”, tapi dia hidup dengan kesadaran, “Tuhan masih menyertaiku, jadi aku akan jadi versi terbaik dari diriku sekarang.”

Kolose 3:23-24
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuan dan kamu hamba-Nya.”

Amsal 22:29
“Jika engkau melihat seseorang yang cakap dalam pekerjaannya, ia akan berdiri di hadapan raja-raja, bukan di hadapan orang-orang biasa.”

Yusuf tidak menunggu jadi raja atau orang penting dulu baru serius. Bahkan saat jadi budak, dia tetap hidup dalam integritas, takut akan Tuhan, dan bertanggung jawab dan justru di situlah Tuhan memproses dia menjadi pemimpin besar.

Kamu mungkin belum ada di posisi yang kamu harapkan, tapi Tuhan gak butuh posisi tinggi untuk mulai bekerja. Dia cari hati yang setia. Ketika kamu lakukan segalanya “seperti untuk Tuhan” (Kolose 3:23), gak ada yang sia-sia. Tuhan lihat, Tuhan sertai, dan pada waktunya, Tuhan yang akan meninggikan.

Next
Next

Menemukan Harapan di Tengah Gelap: Untuk Milenial & Gen Z