Menemukan Harapan di Tengah Gelap: Untuk Milenial & Gen Z
Guys, khususnya para generasi milenial dan Gen Z, saya paham betapa nyata dan berat masa-masa penuh tantangan ini. Di tengah gempuran media sosial, tuntutan untuk selalu tampil perfect dan informasi tiada henti, mental health menjadi sangat penting. Banyak di antara kita sedang menghadapi quarter-life crisis, burnout karena tekanan karier atau studi, FOMO, hingga kekhawatiran akan masa depan yang gak pasti.
Bayangkan saja, saat membuka media sosial, seakan-akan kayaknya hanya ada keberhasilan dan kebahagiaan orang lain, membuat kita merasa sendirian dalam perjuangan. Kadang, media sosial terasa seperti lorong gelap tanpa ujung, di mana likes dan comments menjadi satu-satunya sumber terang yang tak selalu datang. Namun, perlu diingat, dalam setiap mode gelap pasti ada mode terang (kayak HP). Kegelapan yang sedang kita rasakan, baik di layar maupun di dalam hati, bukanlah akhir, melainkan kesempatan untuk "refresh" dan memulai sesuatu yang baru.
Alkitab memberi pengingat: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:4). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri. Seperti network Wi-Fi yang selalu tersedia atau charger yang tak pernah habis, Tuhan hadir untuk membimbing dan menguatkan kita, melintasi tiap tantangan dan hambatan kehidupan. Kehadiran-Nya menjadi filter kebahagiaan yang sesungguhnya, energi untuk terus melangkah, meski perlahan.
Percayalah, masa-masa sulit ini adalah bagian dari proses upgrade diri. Layaknya aplikasi yang perlu melalui fase maintenance untuk menjadi lebih baik, demikian pula perjalanan hidup kita. Di saat-saat seperti ini, mentalitas kita diuji dan diperkuat, belajar mendetoks dari hal-hal yang merugikan, menemukan ketangguhan yang tersembunyi, dan akhirnya, muncul sebagai pribadi yang semakin tangguh dan penuh harapan. Tuhan berkati!