Hafal Suara Teman, Tapi Nggak Hafal Suara Tuhan?
Ada titik dalam hidup di mana kita harus jujur: kita tahu kebenaran, tapi kita sering pilih diam. Kita tahu suara Roh Kudus, tapi kita pura-pura nggak dengar. Kita tahu apa yang harus dilakukan, tapi kita tahan langkah kita karena takut, malas, atau merasa belum siap.
Kita pikir Roh Kudus hanya hadir di ibadah hari Minggu atau saat kita merasa “rohani”. Tapi sebenarnya, Dia ada waktu kita marah, waktu kita kecewa, waktu kita frustasi karena hidup nggak sesuai rencana. Saat hati kita gelisah, Roh Kudus hadir bukan dengan teriakan, tapi dengan kehadiran-Nya yang tenang, yang menunggu kita berhenti lari dan mulai mendengar.
Tapi kita sering memilih sibuk, memilih sibuk untuk nggak merasa sepi. Kita tenggelam dalam rutinitas, scroll tanpa arah, atau tenggelam dalam pikiran sendiri, seolah-olah suara-Nya bisa ditunda. Kita sadar Dia hadir, tapi kita perlakukan seolah Dia nggak penting.
Orang yang dewasa secara rohani bukan orang yang nggak pernah jatuh. Tapi orang yang nggak lagi mengabaikan Roh Kudus ketika Dia berbicara. Dia nggak selalu kasih pelukan. Kadang Dia menegur, menyentil, bahkan membiarkan kita merasa hampa supaya kita sadar bahwa hidup tanpa Dia itu kosong.
Sensitif sama Roh Kudus artinya berhenti hidup asal jalan. Artinya mulai peduli lagi sama suara yang dulu pernah bikin kita menangis dalam hadirat-Nya. Mungkin sekarang hati kita udah kebal, tapi bukan berarti Roh Kudus berhenti bicara. Kita aja yang udah terlalu sibuk membangun hidup tanpa Dia.
“Hari ini, ketika kamu mendengar suara-Ku, janganlah keraskan hatimu...”
"Hari ini, ketika kamu mendengar suara-Ku, janganlah keraskan hatimu..." - Ibrani 3:15 TSI
Kadang yang Tuhan tunggu bukan langkah besar, tapi hati yang mau terbuka. Ketika kita berhenti mengabaikan, dan mulai mendengar, ketika kita nggak lagi nunggu suasana sempurna untuk dekat sama Tuhan, tapi memilih untuk peka di tengah kekacauan. Disinilah kedewasaan rohani dibentuk. Bukan lewat sorotan/perasaan spektakuler, tapi lewat keputusan diam-diam untuk peduli lagi sama suara-Nya