Lari dan Peluk

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari sering kali kita sudah tahu apa yang benar dan yang salah, namun sulit untuk melakukan yang benar, dan memilih yang salah. Itulah kebebasan yang kita punya, kebebasan memilih. Memilih Tuhan atau yang bukan Tuhan.

Memilih Tuhan berarti meninggalkan segalanya, bahkan melepaskan hak kita, atau bahasa Alkitabnya: pikul salib, sangkal diri, ikut Yesus. Di luar itu berarti di luar Tuhan, kita tidak bisa berada di tengah-tengah. Sekali lagi, itulah kebebasan yang kita punya.

Saat kita sering melakukan kesalahan, kita merasa tidak layak dan terus membiarkan diri kita dalam kesalahan tersebut dengan berpikir, "Udah kejadian juga, lanjutin aja", "Dari awal juga udah dosa, ya dosa sekalian aja sampai akhir", atau "Pagi ini juga lupa berdoa, ya sudah terusin aja sampe akhir hari ga usah berdoa". Padahal di titik itulah kita seharusnya berhenti, berbalik, dan kembali kepada Tuhan, bukan malah tenggelam lebih dalam

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
— 1 Yohanes 1:9

Kenyataannya, saat kita berdosa atau berbuat salah, Tuhan tidak memalingkan wajah-Nya dan berkata, “Terserah kamu!” Justru, Ia menunggu kita kembali, seperti Bapa dalam perumpamaan anak yang hilang, yang berlari mendapatkan anaknya, merangkul, dan mencium dia. Tuhan tahu konsekuensi dosa akan membuat kita lelah, lapar, dan kosong, tapi hati-Nya tetap rindu memulihkan kita.

Kita sering lari dari Tuhan karena merasa tidak layak, padahal yang Tuhan mau justru kita lari kepada-Nya. Dia tidak menunggu kita “bersih” dulu untuk menerima kita, tetapi Dia memeluk kita dalam keadaan kotor sekalipun, dan di pelukan itulah kita dipulihkan.

Next
Next

Kebebasan Palsu vs. Kebebasan Sejati