Kebebasan Palsu vs. Kebebasan Sejati

Kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
— Galatia 5:13

Bayangkan, seekor ikan yang berkata, “Aku ingin bebas! Aku ingin keluar dari air!” Ia pun melompat keluar kolam, merasa bebas dari batasan air yang membatasi geraknya. Tapi begitu berada di darat, ia tidak bisa bernapas. “Kebebasan” yang ia pikirkan ternyata membawa kematian.

Begitu juga kita. Kita diciptakan untuk hidup dalam “air” kasih dan kebenaran Allah. Saat kita keluar dari batasan yang Tuhan tetapkan, kita mungkin merasa bebas sejenak, tapi sebenarnya kita sedang menuju kehancuran.

Banyak orang berpikir kebebasan berarti bisa melakukan apa saja tanpa aturan. Dunia berkata, “Hidup itu milikmu, lakukan yang kamu mau!” Tapi Alkitab mengingatkan bahwa kebebasan tanpa kebenaran adalah pintu menuju perbudakan dosa.

Kebebasan palsu memberi janji manis:

• “Ikuti saja keinginanmu.”

• “Asal kamu bahagia, itu sudah benar.”

• “Tidak ada yang berhak mengatur kamu.”

Namun, tanpa kita sadari, kebebasan seperti ini membuat kita diperbudak oleh hawa nafsu, ambisi, atau opini orang lain.

Kebebasan sejati dalam Kristus adalah kebebasan dari kuasa dosa, supaya kita bisa hidup sesuai tujuan Allah. Yesus tidak hanya membebaskan kita dari sesuatu, tapi juga untuk sesuatu (untuk mengasihi, melayani, dan memuliakan Dia).

Next
Next

Freedom Upgrade: Versi Tuhan