Pre-Marriage

Sub-tema sermon minggu ini, sebenarnya relevan banget dengan gw dan pasangan yang lagi di season pre-marriage. Kerangka pikir soal pernikahan dalam 2(dua) - 3(tiga) tahun belakangan lagi terus kami dalami & banyak hal seputar pernikahan yang akhirnya kami redefine. Pertanyaan-pertanyaan seperti : 

  • Kenapa kok mesti menikah ? 

  • Menikah tuh idealnya kek gimana ? 

  • Bener atau nggak-nya pacar gw ini untuk diajak nikah ? 

  • Mau bikin apa selain anak, pas nikah ? 

  • Termasuk bakal jadi Neraka/Syurrgaaa kelak ?

  • Dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain juga lah 

yang Thank God, makin kemari kami melihat Tuhan terus kasih kami jawaban, dan rombak abis cara berfikir kami personally soal pernikahan. 

Point penting yang terus kami pegang, bahwa ide pernikahan datangnya dari Tuhan itu sendiri. So ideally tempat yang tepat untuk kami cari tahu atas pertanyaan-pertanyaan kami adalah ya Tuhan itu sendiri. So we decide to go to Him.

Tanpa disangka, jawaban yang didapet justru diluar ekspektasi. 2(dua) - 3(tiga) tahun awal Tuhan bawa kami mundur jauh dari mikirin pernikahan, dan malah diajarin soal siapa diri kami lebih dulu? kenapa kami diciptakan? Kenapa mesti Kristus yang kami percaya? gimana konsep berelasi dengan Tuhan dengan benar? Kasih tuh seperti apa? dan kenapa mesti repot-repot mengasihi ?

Dan Kembali tak disangka, ternyata setelah kami mulai punya pemahaman yang kuat soal siapa kami, dan iman kami akan Kristus. Tuhan gak lantas langsung bawa kami pahami soal pernikahan juga.

Next season-nya Tuhan bawa kami pulang ke rumah, redefine lagi soal posisi kami sebagai anak dirumah dan mulai memutuskan benang kusut, lalu mulai merajut ulang benang yang baru bersama Tuhan dalam keluarga kami dirumah. 

Barulah setelah Tuhan izinkan kami masuk ke season re-build identitas, dan re-build keluarga kami dirumah. Akhirnya Tuhan bawa kami ke season pre-merriage. Tapi setelah kami tengok di 2(dua) season kebelakang, kami baru sadar kalo kami sedang dibawa menyelami kehidupan buah pernikahan orang tua kami, memahami detail kehidupan pernikahan dari rumah dan diajarin ulang bagaimana peran seorang anak semestinya, sebelum kelak dalam pernikahan, kami yang bakal jadi orang tuanya. 1 ayat penting yang mengubahkan kami,

Kolose 3 :18-21

Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

Kesadaran untuk kami terlibat pro-aktif dalam keluarga sebagai anak yang taat akan orang tua dengan spirit “itulah yang indah di dalam Tuhan (nyenengin Tuhan)”. Spirit yang sama yang kami berdua pegang untuk kami bisa terus semangat belajar membentuk hati & kesadaran kami, agar kelak dapat terlibat pro-aktif sebagai suami(isteri) yang berkenan dimata Tuhan dalam pernikahan.

Perjalanan kami ini, seakan terkonfirmasi dengan apa yang Pastor Lewi sampaikan soal apa aja yang mesti dilakuin di Pre-merriage :

1. Be aware, but dont be afraid,

2. Have a good predating phase,

3. Love is not logical, it;s theological.

Dan kurang lebih ada 3 point penting lain yang kami juga jadikan bekal dalam hubungan kami dari sermon minggu ini, kami rasa temen-temen devotion gak akan rugi pegang hal ini : 

  1. Hard conversation makes easy situation, but easy conversation makes hard situation.

  2. Perlu untuk Yesus mati dulu untuk kita bisa hidup. Ide yang sama di pernikahan dalam Kristus, Suami(Istri) mesti matikan ke-aku-annya lebih dulu, supaya kebersamaan-nya bisa hidup.

  3. Dan Pulanglah, kasihi dulu orang rumahmu.

Pre-marriage & marriage life isn't easy, But with God and His powerful love. We can do all things, God leads fams !

Previous
Previous

Christ Based Marriage

Next
Next

Tua itu Takdir, Dewasa itu Pilihan