Motivasi Menentukan Aksi dan Esensi

“Apa tujuanmu menikah?“
“Apa tujuanmu memiliki anak?“
“Demi pencapaian diri? Supaya bahagia? Buat membungkam semua pertanyaan orang?”

Alasan kita akan menentukan arah akan dibawa ke mana dunia pernikahan dan parenting ini. Dunia pernikahan ditambah parenting bukanlah hal yang mudah seperti dikatakan dongeng2 sebagai akhir yang bahagia; happily ever after. Justru petualangannya baru memasuki episode yang semakin seru dengan berbagai macam tantangan di dalamnya. Yang sudah mengalami pasti teriak “Amin!” paling kenceng.

Bukan hanya “susah susah gampang”, tapi “susah susah banget”!! Makanya bukan sekedar “syarat” yang tanpa tujuan, seseorang harus memulai asmaranya bahkan masa singlenessnya bersama Tuhan. Karena ia tidak akan mampu menjalani pernikahan hingga parenting dengan segala problemanya, tanpa dipenuhi oleh kasih dan hikmat Tuhan.

Dalam pernikahan dan parenting, kita pasti akan disakiti atau sedikitnya dikecewakan oleh pasangan ataupun anak, karena mereka masih manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

Jika motivasi kita menikah dan punya anak adalah untuk pemuasan diri, kita jelas akan menyerah. Karena yang didapat bisa jadi malah sebaliknya. Bukan banyak mendapat keuntungan bagi diri sendiri, malah “dituntut” untuk kehilangan keakuan. Mereka yang “kaget” dengan kenyataan ini, bisa jadi bereaksi fatal. Mungkin jadi mudah emosi hingga membuat rumah tangga tidak nyaman, bahkan juga mampu meninggalkan semua tanggung jawab begitu saja demi keegoisannya.

Oleh karena itu, coba periksa apa motivasimu untuk menikah juga berketurunan? Di dalam setiap tindakan kita, sudahkah kita memiliki motivasi yang benar untuk:

1. Meninggikan Tuhan.
Orang yang memiliki tujuan untuk meninggikan Tuhan, akan memiliki kerendahan hati untuk mengalah dan mampu meresponi segala sesuatu dengan kasih. Kerinduannya adalah untuk menyenangkan Hati Tuhan dan mempermuliakan NamaNya di tengah dunia ini.

2. Mengenal Tuhan.
Dalam keseharian, sesungguhnya Tuhan membukakan DiriNya melalui berbagai hal. Dan hanya orang yang rindu untuk mengenalNya lebih lagi, yang dapat menyadarinya. Ia akan makin dapat menilik isi Hati Tuhan dan dipesona olehNya, melalui setiap peristiwa yang dialami.

3. Mengejar keserupaan.
Lebih jauh dari mengenal, seseorang akan dapat memiliki hati Tuhan, ketika ia rela dibentuk di dalam sebuah ketaatan.

Pernikahan dan parenting, memang kerap kali menjadi cara terbaik Tuhan untuk menyatakan DiriNya, dan mengubahkan setiap kita agar makin serupa segambar denganNya.

“Jadi, bisa menikah dan punya anak tapi kelewatan esensinya?”
“Rugi dooonk😉”


Previous
Previous

Real Life, Real God

Next
Next

The Blueprint