Die & Live Again
Dalam salah satu episode podcast-nya, Rick Warren pernah berkata bahwa agama Kristen sering disindir sebagai “religion of comfort”, atau agama yang gampangan. Makan apa saja boleh, tidak ada larangan ketat untuk melakukan ini itu seperti agama lainnya. Betulkah gitu aja?
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” -Roma 6:3-4 (TB)
Padahal, ketika kita mengaku untuk mau menjadi the follower of Christ, ada harga yang harus dibayar, yaitu kerelaan untuk mau menghidupi fase yang Yesus lewati. Yang pastinya, tidak selalu menyenangkan. Relakah kita untuk “mematikan” dan “mengubur” segala ego kita sebagai manusia untuk mengikut maunya Allah?
-Pengennya membalas musuh, tapi kita diminta untuk maafin dan mendoakan mereka,
-Pengennya hidup nyantai di rumah, tapi Tuhan ingin kita saling melayani dalam komunitas gereja,
-Pengennya ikut maunya sendiri, tapi mentor Rohani kita kasih disiplin ini dan itu,
-Pengennya [insert kebiasaan buruk yang menurut dunia gpp, misalnya mabok-mabokan, masturbasi, dll], tapi kita dihimbau untuk menjadi garam dan terang dunia,
-Pengennya hidup tidak sehat, tapi tubuh kita adalah Bait Allah yang perlu dijaga kekudusan dan integritasnya,
-Pengennya hidup “double life” antara di gereja dan di luar gereja, tapi Tuhan ingin kita berintegritas.
Hal-hal di atas hanyalah sebagian kecil dari what it means to be Christians. Biasanya, momen Paskah identik dengan baptisan air. Itu bukan ritual agamis biasa, tapi simbol serius dari komitmen kita untuk mau turut mati, dikubur, dan bangkit dalam hidup baru berdasarkan value Alkitab.
Masih mau bilang “Kristen = Agama Gampangan”? Follow Him, with all your heart. Let the people who see you, see Christ in you.