Responsibility & Accountability
Galatians 6:4-5 (NIV)
”Each one should test their own actions. Then they can take pride in themselves alone, without comparing themselves to someone else, for each one should carry their own load.”
Apakah kita pernah mendengar ungkapan bahwa kedewasaan seseorang tidak diukur dari usianya, melainkan dari seberapa banyak ia bisa bertanggung jawab? Jika pernah dan kamu mengadopsi hal tersebut, selamat! Karena itu 100% benar. Regardless of our social status, positions, and experiences, if we won’t carry the consequences of our actions and blame someone else / life’s conditions, then we are still immature.
Perbedaan antara Saul dan Daud terletak pada respon mereka ketika menerima teguran dari mentor mereka. Ketika Saul melanggar hukum Allah dalam hal mempersembahkan korban bakaran dan ditegur oleh Nabi Samuel, Saul malah melemparkan kesalahan pada mentornya yang datang terlambat dan membawa nama Tuhan (“Kan ini buat Allah!”). Raja Daud? Kita dapat berargumen bahwa kesalahan Daud itu lebih fatal. Ia mengambil istri orang lain, dan Menyusun rencana pembunuhan yang sedemikian rupa untuk membunuh suami dari wanita tersebut. Keji, impulsif, dan manipulatif. Namun, responnya ketika ditegur oleh Nabi Natan, ia tersungkur dan menyesal. Daud pun menerima konsekuensi besar dari Tuhan, yaitu nyawa anaknya sendir. Daud mengamuk? Tidak. He knows he has to be accountable for his actions.
Galatians 6:7 (NIV)
“Do not be deceived: God cannot be mocked. A man reaps what he sows.”
Apa respon kita ketika kita ditegur, apalagi ketika kita sudah jelas salah? Marah? Salahkan sana-sini? Karena orang lain yang memahitkan kita duluan? Rasionalisasi sana-sini untuk membenarkan perbuatan kita yang salah? Jika iya, itu artinya kita masih menjadi bocah. Be better, not bitter.
Remember that God wants us to grow. And the quickest way to be mature is in sharpening our ability to be responsible for our actions.