Rumah: Pusat Perubahan, Bukan Sekadar Singgah

Rumah sering kita jadikan tempat singgah—datang, makan, tidur, lalu pergi. Sikap ini sering terbawa pada iman kita, menjadikan Yesus sekadar "tamu" yang hanya disambut pada hari-hari tertentu, bukan Pusat kehidupan harian.

Padahal, sebagai anak muda, kita memiliki peran krusial. Terkadang, terang Tuhan justru masuk ke keluarga melalui iman yang konsisten dari seorang anak.

Tiga Langkah Mengubah Rumah:

  1. Ubah Status 'Tamu' Menjadi 'Tuan Rumah'. Langkah awal adalah menjadikan Yesus Tuan Rumah dalam setiap aspek kehidupan kita. Ketika kita berhenti memperlakukan-Nya sebagai tamu dan menjadikan Dia pusat dalam perkataan dan respons sehari-hari, kita membawa kehadiran-Nya yang menetap di dalam keluarga.

  2. Jadilah Teladan Hidup. Hiduplah seturut 1 Timotius 4:12: "...jadilah teladan bagi orang-orang percaya." Ketulusan dan konsistensi imanmu—bukan perkataanmu—mampu menguatkan, bahkan mengubah hati orang tua dan anggota keluarga lainnya.

  3. Pantulkan Yesus. Kita bukan sumber cahaya, Yesuslah sumbernya. Melalui hidup kita, Tuhan dapat memantulkan kasih, hikmat, dan pengharapan-Nya kepada keluarga yang mungkin sedang letih atau dingin imannya.

Iman yang hidup bukan hanya terlihat di hari Minggu, melainkan terasa dari Senin sampai ketemu lagi Senin. Ia dicontohkan dalam perbuatan dan sikap sehari-hari.

Ketika Kristus menjadi pusat, rumah yang jauh dari sempurna pun menjadi tempat pemulihan. Di mana Yesus tinggal, di situ kasih menyembuhkan, iman bertumbuh, dan damai menetap.

Sebab, transformasi terbesar sering dimulai dari ruang paling sederhana: Rumah kita. Dan bisa jadi, Tuhan memilih memulainya lewat kita.

Previous
Previous

Saat Keluarga Bukan Lagi Tempat Aman

Next
Next

Rumah yang Dihuni Kasih