Yang “Patut”

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
— Amsal 22:6 TB

Salah satu perdebatan terbesar di era “parenting awareness” adalah: Didikan VOC vs Soft-Parenting, yang mana yang lebih benar? Kaum yang satu sangat menentang didikan keras, seakan-akan ketegasan adalah hal yang tabu dalam mendidik. Kaum yang satunya lagi juga menentang kehalusan new parents dalam mendidik anak, katanya itu menciptakan generasi stroberi atau lemah mental.

Contoh parenting yang soft? Jelas Hofni dan Pinehas (1 Samuel 2), anak dari Imam Eli. Mereka sudah melanggar berbagai aturan seremonial yang sakral dalam Bait Allah, tapi ayahnya hanya menegur halus tanpa ketegasan. Akhirnya? Cukup tragis. Lalu contoh yang otoriter? Jelas Saul terhadap Yonatan, terutama cuplikan di mana Yonatan membuka ruang diskusi terkait sahabatnya, Daud, tapi ayahnya malah menyambut dengan mengamuk dan bahkan mau membunuh anaknya sendiri. Hasilnya? Muncul dinding antara ayah dan anak ini.

Maka, apa jawabannya? Yang terbaik yang mana? Jawabannya adalah “tergantung”. Haha. Inilah mengapa Alkitab sangat bijaksana dalam hal ini, dikatakan dalam Amsal 22:6, “.. yang patut BAGINYA”, alias tergantung karakter dari yang dididik. Sudah tahu anaknya tipe yang emosional dan take things too hard on themselves, eh malah dikerasin. Ya akan hancur. Atau, sudah tahu anaknya tipe yang bandel kalau tidak diberi ketegasan, eh malah tidak ada disiplin sama sekali. Ya hancur juga.

Dalam era yang mendidik anak kalau dikerasin sedikit bisa “trauma”, didiamkan juga “ngelunjak”, kita sangat perlu hikmat dari Tuhan. Looking at this from another perspective, children also need to understand that our parents (and grandparents) have tried as best as they could, with the experience and knowledge that they had. Pengertian harus diberikan oleh semua pihak. Family is complex. this is why we need Jesus at the center of our family.

Previous
Previous

GUE ANAK!

Next
Next

Tongkat Estafet Iman Keluarga