Jadi Murid Dulu, Baru Jadi Pemimpin!
Pernah terpikir kenapa Yesus harus membentuk 12 murid dulu, baru setelah Ia memuridkan mereka, Ia mengutus mereka menginjil sampai ke ujung bumi? Kenapa enggak langsung utus saja orang-orang yang berbakat di Yerusalem?
“Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi setiap orang, yang telah tamat pelajarannya, akan sama dengan gurunya.”
Ayat ini berbicara tentang proses menjadi murid. Tujuan dari "tamat pelajaran" sebagai murid adalah agar kita menjadi sama dengan Guru kita, yaitu Yesus Kristus.
Kita mungkin punya mimpi besar untuk memimpin di gereja, di komunitas, di kampus, atau bahkan di dunia kerja. Tapi, sebelum kita bisa memimpin atau membimbing orang lain (memuridkan), kita harus benar-benar fokus untuk dimuridkan lebih dulu.
Kenapa perlu?
Sebagai seorang pemimpin, kehidupan kita adalah replika yang akan ditiru. Oleh karena itu, sangatlah krusial bagi kita untuk menjadi teladan yang baik, pribadi yang layak diimitasi. Prinsip ini sama halnya dengan bagaimana para murid menyaksikan dan meneladani kehidupan Yesus.
Kuncinya ada pada pemuridan pribadi kita oleh Kristus. Semakin kita dibentuk untuk menyerupai Dia, semakin mudah kita memimpin. Mengapa? Karena kita hanya perlu membagikan jalan yang sudah kita tempuh dan mengajarkan prinsip yang sudah kita terima dari Guru Agung, Yesus Kristus.