Pemimpin yang Turun ke Bawah
Pada tahun 2008, Starbucks hampir bangkrut. Howard Schultz kembali menjadi CEO dan melakukan sesuatu yang tidak lazim bagi seorang pemimpin besar.
Ia tidak memulai dengan rapat strategi atau tekanan target.
Ia masuk ke store-store Starbucks secara diam-diam, berdiri di antrian pelanggan, mengamati barista, dan mendengar keluhan mereka. Di beberapa toko, Howard bahkan memakai apron hijau dan bekerja bersama barista untuk membuat espresso, membersihkan meja, mengangkat sampah, dan melayani pelanggan. Mereka terkejut, karena yang berdiri di sana bukan karyawan baru, tetapi CEO miliarder.
Howard memilih untuk memimpin dengan melayani. Dengan tindakan itu, ia mengembalikan kepercayaan, budaya perusahaan, dan akhirnya menolong Starbucks kembali bangkit. Cerita ini menginspirasi, tapi ada Pribadi yang jauh lebih besar yang melakukan hal yang sama — bahkan lebih radikal. Di malam terakhir sebelum Yesus disalibkan, Yesus melakukan sesuatu yang sangat mengejutkan murid-murid-Nya.
“Lalu Yesus bangkit, menanggalkan jubah-Nya… mengambil sehelai handuk, dan mengikatkannya pada pinggang-Nya.”
Kemudian Ia membasuh kaki murid-murid-Nya — pekerjaan terendah di rumah Yahudi.
Ini bukan sekadar tindakan simbolis. Yesus berdeklarasi kalau:
“Inilah cara kerajaan-Ku bekerja. Inilah cara Aku memimpin. Aku memimpin dengan melayani.”
Yesus bukan hanya Raja. Ia Raja yang turun dari takhta, menundukkan diri, dan menyentuh debu kaki manusia. Jika dunia melihat kekuasaan sebagai sesuatu yang harus dipegang dan ditonjolkan, Yesus menunjukkan kuasa melalui kerendahan hati.
Apa Artinya Untuk Kita?
1. Leadership dimulai dari hati yang mau merendahkan diri. Kekuatan bukan diukur dari berapa banyak yang tunduk kepada kita, tetapi seberapa banyak kita bersedia menundukkan hati dan melayani.
2. Tidak ada pelayanan yang terlalu kecil bagi orang yang mengasihi. Yesus, Tuhan atas seluruh semesta, memilih tugas yang dianggap “paling kecil”. Artinya, tidak ada tugas yang hina jika dilakukan dengan kasih.
3. Melayani membuka hati orang. Leadership yang paling dalam adalah leadership yang turun ke bawah, bukan yang naik ke atas.
4. Yesus memimpin dengan memberi diri-Nya sendiri. Di kayu salib, Ia menunjukkan puncak kepemimpinan — mengorbankan diri demi orang lain.