Dipanggil untuk Menuntun

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik
— Efesus 2:10

Dalam perjalanan hidup rohani, kepemimpinan selalu dimulai dari tiga hal: mengenal tujuan, memilih keputusan yang bijak, dan memeluk tanggung jawab yang Tuhan percayakan. Seorang pemimpin yang tidak mengetahui tujuannya bagaikan penjaga mercusuar yang lupa mengapa ia ditugaskan. Ia mungkin hadir, tetapi cahayanya redup, dan kapal-kapal di lautan tidak tahu ke mana harus berlabuh. Namun ketika ia memahami panggilannya untuk menerangi, ia mulai menjaga minyaknya dengan saksama, memastikan api tetap menyala di tengah badai. Itu adalah gambar pemimpin yang memilih keputusan bijak: menjaga api tetap terang meskipun angin kencang menggodanya untuk menyerah. Dan ketika malam menjadi paling gelap, penjaga mercusuar itu tidak meninggalkan posnya, sebab ia tahu ada kapal yang mengandalkan cahayanya.

Itulah pemimpin yang memeluk tanggung jawab, bukan karena mudah, tetapi karena ia menjaga amanat yang Tuhan titipkan. Seperti mercusuar yang berdiri tegak di karang, kepemimpinan sejati adalah terang yang memandu diri sendiri dan orang lain atas dasar Firman Tuhan, bukan dengan kekuatan diri sendiri, tetapi dengan tujuan ilahi, keputusan penuh hikmat, dan kesetiaan yang tidak goyah.

Pemimpin rohani dipanggil bukan untuk kenyamanan, tetapi untuk kesetiaan. Keputusan yang bijak tidak lahir dari impuls, ambisi, ataupun ketakutan, tetapi dari ketundukan kepada Tuhan, mendengar Firman, dan mempertimbangkan dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain. Hikmat bukan soal pintar, tapi soal tunduk pada Tuhan.

Tuhan memanggil kita bukan untuk bergerak tanpa arah, tetapi untuk menyelesaikan pekerjaan baik yang sudah Ia persiapkan. Dan yang menjadi pertanyaan refleksi untuk diri kita, “Sudahkah aku tahu, untuk apa aku ditempatkan di sini? oleh Tuhan?”

Next
Next

God Builds Leaders From Broken Places