Sherpa

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
— Markus 10:43-44

Pada tahun 1953, dunia gempar ketika Sir Edmund Hillary menjadi manusia pertama yang menaklukkan puncak Everest. Namun, di sampingnya ada Tenzing Norgay, seorang Sherpa. Norgay-lah yang membawa beban terberat, memasang tali pengaman, dan membuka jalur di tengah badai salju.

Saat mencapai puncak, Norgay membiarkan Hillary mengambil foto ikonik tersebut, sementara ia tetap di balik layar. Norgay tidak mencari sorotan kamera; misinya hanyalah memastikan "timnya" sampai di tujuan dengan selamat. Ia memimpin dengan melayani, dan ia melayani dalam kesunyian.

Dunia sering mengidentikkan kepemimpinan dengan karisma, suara yang lantang, dan posisi di depan panggung. Namun, Yesus mengajarkan standar yang terbalik: Kepemimpinan diukur dari seberapa rendah hati kita mau melayani.

Silent Leadership berbicara tentang pengaruh melalui tindakan, bukan teriakan. Seperti akar pohon yang tak terlihat namun menopang seluruh batang dan dahan, pemimpin senyap bekerja tanpa menuntut pengakuan.

• Servant Leadership berbicara tentang motivasi. Fokusnya bukan "apa yang saya dapatkan," melainkan "bagaimana saya bisa membuat orang lain bertumbuh."

Yesus sendiri membasuh kaki murid-murid-Nya—sebuah pekerjaan budak—dalam keheningan malam sebelum penyaliban-Nya. Ia tidak perlu memproklamirkan kekuasaan-Nya; Ia menunjukkannya melalui pelayanan yang berkorban.

Hari ini, di mana pun Tuhan menempatkan Anda—baik sebagai orang tua, atasan, atau pelayan gereja—ingatlah filosofi Sherpa dan teladan Kristus. Pemimpin sejati tidak perlu tepuk tangan untuk merasa berharga. Suara tindakan kasih Anda akan bergema jauh lebih keras daripada kata-kata.

Previous
Previous

Kepemimpinan yang Dimulai dari Dalam

Next
Next

Karakter Pemimpin