Turut Berbahagia dengan Sang Tuan
Ingat kisah tentang satu hamba yang tidak setia terhadap satu talenta yang dipercayakan kepadanya? Kisah ini selalu mengingatkan kita bahwa Sering kali kita menunda kesetiaan karena merasa apa yang kita pegang belum cukup besar, belum cukup penting, atau belum cukup terlihat. Kita menunggu pengakuan, posisi, atau tepuk tangan manusia. Padahal Tuhan tidak sedang mencari hamba yang paling menonjol, tetapi hamba yang setia. Kesetiaan dalam perkara kecil justru menunjukkan seberapa besar hati kita untuk Tuhan.
Yesus menegaskan bahwa yang paling bernilai bukanlah pujian dari manusia, melainkan perkenanan dari Tuhan sendiri. Ketika fokus hidup kita bergeser pada hal-hal duniawi, pengakuan, gengsi, atau kenyamanan, tanpa sadar kita bisa kehilangan kesempatan untuk “turut berbahagia dengan Sang Tuan”. Sebab sukacita sejati tidak ditemukan dalam sorak sorai manusia, tetapi dalam hidup yang berkenan di hadapan Tuhan.
Matius 25:21
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
2 Korintus 10:18
“Sebab bukan orang yang memuji dirinya sendiri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.”
Hari ini, mari bertanya pada diri sendiri: apakah aku sedang mengejar pujian manusia, atau perkenanan Tuhan?
Setialah dalam apa yang Tuhan percayakan sekarang (meski kecil dan tidak terlihat). Karena ketika waktunya tiba, yang paling indah bukanlah dikenal oleh banyak orang, melainkan mendengar Tuhan berkata: “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan-Ku.”