Naik Kasta
“Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya”
Sebagian dari kita mungkin aware akan sistem “kasta” dari beberapa tempat/budaya tertentu. Hal ini sangatlah penting bagi yang mengadopsi hal tersebut, karena seumur hidupnya sangat ditentukan “status kelahiran”nya, dan seringkali itu ada di luar kendali mereka. Kalau kebetulan lahir di kalangan kasta lebih “rendah”, maka harus terima realita kalau sepanjang hidupnya akan lebih struggling dibandingkan mereka yang lahirnya ada di kasta atas. Atau mungkin, sistem derajat sosial? Medieval caste? Seperti duke, baron, viscount, dan lain-lain. Ini masih bisa “diperjuangkan”, tapi harus mati-matian banget meningkatkan derajat sosialnya.
Secara Rohani, kita juga sebetulnya, tadinya ada dalam posisi yang ibaratnya: “Okay, we’re so screwed”. Yaitu, kita sedang otw kepada penghukuman yang kekal, karena kita semua telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Kabar lebih buruknya lagi? Seperti sistem kasta. Nothing, ABSOLUTELY nothing that we can do to change our fate at that time. Usaha keras takkan pernah bisa menyempurnakan kita. Nothing.
Tetapi, sekitar dua ribu tahun lalu, suatu malam biasa mendadak berubah menjadi malam kudus. Anak Allah turun ke dunia, tidak hanya supaya kita diselamatkan saja, tapi “derajat” kita pun dinaikkan levelnya hingga ke level yang tidak bisa dipercaya, yaitu menjadi anak-anakNya. This is the real meaning of Christmas, not the red-white decorations, but the overpowering love and mercy of God for us the undeserving.
Tentunya bukannya tidak boleh kita merayakan Natal dengan berbagai pernak-pernik dan perayaan, tapi jangan sampai segala huru-hara kepanitiaan Natal kita membuat kita lupa akan esensi Natal yah! Be thankful, and show that thankfulness by following His heart, and spilling His love to others through our daily lives.
