Di Rumah Dulu Aja
1 Timothy 3:5 NIV
If anyone does not know how to manage his own family, how can he take care of God’s church?
Selama bertahun-tahun saya praktek, sudah tak terhitung jumlahnya saya menemukan klien yang orang tuanya tampak “keren” di ranah publik, entah itu secara posisi (e.g., pemimpin perusahaan, religious leader, artis sosmed, etc), namun di ranah rumahnya sendiri alias keluarganya hancur-hancuran luar binasa. Kalau konflik sampai gampar-gamparan? Sudah biasa. Anak jadi kepahitan dan perlu cari professional sana-sini demi self-healing? Sudah sering dengar. Istri/Suami frustrasi karena pasangannya just doesn’t get it, dan tidak mau dengerin perspektif pasangannya? Sering banget denger hal seperti ini juga.
Sedihnya, ketika saya bilang saya sudah ‘terbiasa’ dengan kasus seperti ini, itu adalah sebuah bendera merah perenungan besar untuk diri kita sendiri: Jangan-jangan, tanpa kita sadari, pola hidup saat ini pun sudah dan sedang menyakiti keluarga kita di rumah? When was the last time we checked on our parents? Had a quality time with them? The last time we said sorry to each other?
Sebelum kita terlalu sibuk berusaha membuat publik tersenyum dan puas, tangani dulu tangisan dan ketidakpuasan orang-orang rumahmu. Sekali lagi, bukannya tidak boleh menjangkau jiwa di luar sana, namun jangan sampai kita melihat kejauhan, sehingga lupa dengan apa yang sudah Tuhan percayakan di tangan kita.
It is not that we are not allowed to reach out, but how can we be sure that we have done God’s will if we haven’t yet focusing on those reachable to us? Focus on harmony over perfection. Everything starts from home.
Mother Teresa and Hitler were both once children in someone's home, a proof that how we take care of our families can shape the world for better or worse. A loving home can raise a saint, or its absence can raise a tyrant. What we nurture in our families shapes the world. Be a blessing, everywhere, including your home.