Kabut
“Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.”
Alkisah ada seorang anak kecil yang bernama Teni. Ia beserta keluarganya tinggal di sebuah desa terpencil di atas gunung, jauh dari peradaban. Suatu ketika, ia dan ayahnya pulang terlalu larut karena mencari obat untuk ibunya yang sakit keras ke kota. Ketika ia dan ayahnya pulang, kabut sudah mulai turun yang membuat perjalanan mereka menakutkan ditemani oleh auman macan gunung yang siap untuk memangsa mereka. Satu-satunya akses ke desa mereka adalah dengan melewati sebuah jembatan gantung kecil yang terbuat dari bambu untuk menyeberangi sebuah jurang yang dalam. Apa daya, jembatan yang sudah cukup menakutkan tersebut menjadi jauh lebih menakutkan ketika malam, apalagi ketika kabut telah turun. Jika mereka salah langkah, maka kematianlah yang menunggu mereka.
Seperti yang bisa kita prediksi, Teni yang berusia sekitar 5 tahunan itu menjadi sangat ketakutan dan gemetar. Namun, tiba-tiba terdengar suara yang lembut dari belakang yang berkata, “Ayah akan berjalan lebih dahulu, ikuti ayah dan jangan takut atau gemetar karena ayah di sini.” Perlahan tapi pasti, langkah demi langkah kecil pada akhirnya menghantarkan mereka bertemu dengan sang ibu yang terbaring tak berdaya di rumah.
Tanpa disadari, kita sering merasa berada di situasi yang membuat kita takut seperti Teni dalam cerita di atas. Kehidupan di kota besar seperti Jakarta ini memang sulit untuk ditebak dan dipahami oleh pikiran manusia. Kehidupan yang dirasa begitu keras ini jika kita jalani dengan hikmat dan kekuatan sendiri, seringkali mematahkan hati dan menggetarkan langkah kaki kita. Tapi ingat, kita memiliki seorang Bapa dan Sahabat yang senantiasa berjalan di depan kita, menuntun kita dalam langkah-Nya yang menyelamatkan kita. Ia bernama Yesus, ikutilah Dia, maka kita akan selamat. Tuhan berkati!