Blind Spot
Keagamawian layaknya sebuah blind spot. Titik di mana kita tidak mampu melihatnya. Kita pikir kita telah menjadi pengikut Yesus yang baik, namun tanpa sadar kita malah beragama bak orang Farisi di masa kini. Di sinilah kita membutuhkan orang lain. Itulah mengapa FirmanNya berkata, “Tidak baik manusia seorang diri saja,” (Kejadian 2:18). Sebab kehadiran orang lain, menolong kita untuk menyadari “blind spot”, yang akan tampak melalui berelasi. Bagaimana respon kita menanggapi berbagai hal yang terjadi pada sesama di sekitar kita, dengan segala euforia hingga konfliknya, akan mengeluarkan pikiran dan hati yang tersembunyi. Yang mungkin selama ini dapat dikamuflase dengan bermacam kegiatan “rohani”. Nyatanya, kerohanian seseorang bukan dibuktikan di dalam gedung gereja, melainkan dalam hidup sehari-hari.
Bisa jadi, kita juga tidak dengan sengaja menjadi “kuburan berlabur putih” (Matius 23:27), hidup dalam dua dunia yang penuh kemunafikan. Mungkin kita hanya tidak mengerti apa yang menjadi Kebenaran Tuhan.
Kita berpikir seperti dunia pada umumnya. Yang taat beragama, pasti hidupnya diberkahi. Seakan memiutangi Tuhan karena kita sudah rajin beribadah. Tuhan punya kewajiban memenuhi semua permohonan kita. Padahal, yang Tuhan bukan kita, maka semua bergantung pada kehendakNya. Dapatkah kita memiliki sikap hati seperti orang sakit kusta yang berlutut kepada Yesus? “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” (Markus 1:40)
Bahkan ketika Yesus Sang Anak Allah berdoa,
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”
Ketaatan bukan cara memiutangi Tuhan, melainkan wujud penerimaan atas apapun keputusan-Nya.
Sebaliknya, ketika sesuatu yang buruk terjadi, kita menganggap karena kita/orang lain sudah melakukan kesalahan. Terdengar seperti azab, dan itu bukanlah kepercayaan kita. Dari kisah Ayub yang mengalami kemalangan luar biasa, Zakharia Elisabet yang mandul hingga hari tua, dan banyak kisah lainnya termasuk orang yang buta sejak lahir, Yesus berkata bahwa semua itu diijinkan karena ada pekerjaan Allah yang akan dinyatakan di dalamnya (Yohanes 9:3). Bacalah Lukas 13:1-5 mengenai “Dosa dan Penderitaan” untuk dapat lebih mengerti.
Melalui perenungan hari ini, mari sama-sama berdoa kiranya Roh Kudus membantu kita menyingkapkan titik buta keagamawian dalam diri. Agar kehidupan saleh kita bukan dipenuhi oleh pencitraan dan penghakiman, melainkan oleh kasih kepada Kristus dan sesama.