Mungkin Tidak Mudah, Tapi Pasti Indah
Kepercayaan dunia: “Jika benar jalan Tuhan, semuanya pasti dilancarkan.”
Reflek hati ini ingin mengaminkan pernyataan tersebut dengan cepat. Eh jangan cepat-cepat, sebab ternyata pemahaman ini tidaklah tepat.
Melihat contoh hidup Yesus yang tercatat di Lukas 4, tuntunan Roh Kudus bukan membawa Yesus ke air yang tenang rumput yang hijau. Roh Kudus malah menghantar Yesus ke padang gurun yang gersang.
Ketika kita mengalami kesulitan, bukan artinya kita telah salah berkeputusan. Sebaliknya, ketika semua mulus bak jalan tol, belum tentu kita di jalan yang benar sesuai kehendak Allah.
Seperti NamaNya, Roh Kudus jelas mempunyai tujuan menguduskan kita. Pengudusan yang merupakan proses panjang, melalui pengikisan diri menghadap berbagai tantangan hidup. Maka di tengah kesulitanmu, ingatkan diri selalu, ada rencana indah Tuhan di balik semuanya. Tuhan sedang mengajar dan mengubahkanku. Kebenaran ini niscaya membuat kita lebih kuat dalam melangkah.
Kembali pada Lukas 4.
Semoga perenungan kisah ini, membuat kita makin paham meresponi kehendakNya.
Usai Yesus berpuasa 40 hari di padang gurun, tibalah waktunya Ia boleh makan, iblis mempersilakan Yesus makan dengan mengubah batu yang ada menjadi roti. Yesus tidak menuruti hal itu, sebab bukan masalah boleh/tidak boleh, melainkan bukan Bapa yang mengatakannya.
Mengingatkan kita: Firman jadi Acuan. Apapun yang boleh dan wajar (diringkas dengan kata “manusiawi”), tidak seharusnya kita lakukan jika itu tidak berasal dari/sesuai dengan perkataan (Firman) Tuhan. Jika bukan Tuhan yang menyuruhnya, aku tidak akan lakukan. Sebaliknya, jika Tuhan yang beri perintah, aku akan lakukan berapapun harganya.
Iblis juga membawa Yesus ke tempat yang tinggi untuk memperlihatkan kerajaan dunia jika Yesus menyembahnya. Namun Yesus menghardik sebab hanya kepada Tuhan sajalah kita patut berbakti.
Mengingatkan kita: Di mana hartamu, di situ hatimu berada. Kepopuleran, kekayaan, dan segala kenikmatan dunia bukanlah tujuan Tuhan bagi kita. Justru iblis yang suka mengiming-iminginya. Maka jika ada pilihan akan hal ini, berhati-hatilah.
Percayalah berkat Tuhan sudah tersedia bagimu, dalam ketaatan dan kesetiaan. Namun lebih dari semua itu, jika Tuhan adalah Harta kita, kepadaNya-lah hati kita bertaut. Kemuliaan dunia mestinya tidak lagi menyilaukan.
“Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu…. dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.”
Lalu iblis membawa Yesus ke bubungan bait Allah, artinya ke gereja saja tidak cukup. Iblis tidak terganggu jika kita hanya rutin datang ke gereja, tanpa punya hubungan real dengan Tuhan.
Terbukti kita masih belum mengenal SuaraNya, mudah diombang-ambing oleh pengajaran yang bisa saja disuarakan dari mimbar, bahwa ikut Tuhan semua aman, kamu tidak akan susah, dijauhkan dari berbagai penyakit, kalau tetap sakit ya artinya kamu kurang iman. Terdengar familiar dengan iblis yang mengimingi kenyamanan, segenap malaikat akan menatang Yesus supaya kakiNya jangan terantuk pada batu.
Pernahkah kita merasa tidak sepatutnya saya memikul salib yang berat, mengapa saya harus mengalami semua ini? Apalagi harus menyangkal diri, tidak bisakah saya melawan?
Jika ya, artinya kita sedang termakan godaan iblis untuk sekadar hidup enak, sungguh rugi pikul salib dan sangkal diri mengikut Kristus. Sebab tidak demikian dengan Yesus, Ia tidak menghindari penderitaanNya. Ia sadar betul, diriNya datang bukan demi momok kenyamanan, tetapi untuk menanggung dosa semua orang. Dan Ia rela.
Bagaimana dengan kita, sadarkah Roh Kudus hadir bukan untuk memuaskan keinginan kita melainkan untuk menggenapi kehendak Bapa dalam kita?
Berangkat dari kesadaran itu, kiranya membuat kita lebih peka akan tuntunanNya. Dan dengan rela juga, mengalahkan ego untuk dipimpin olehNya.