Manual Book vs Autopilot
Sebagai seorang yang memiliki ketertarikan kepada dunia aviasi, setiap kali saya menaiki pesawat terbang, saya selalu terpikir bagaimana seorang pilot menerbangkan kendaraan seberat 40 ton tersebut. Rasa-rasanya kalau saya yang berada di dalam posisi pilot tersebut mungkin akan merasa kewalahan, mengingat untuk mempelajari sebuah mesin terbang tidaklah mudah, belum lagi buku manual dari tiap manufaktur pesawat untuk tiap-tiap tipe bisa berkisar antara seribu halaman bahkan lebih. Akan tetapi, kini para perancang dan produsen pesawat sudah memasang sistem kendali otonom yang disebut dengan “autopilot” di setiap pesawat yang mereka buat. Sistem kendali otonom tersebut dapat memberikan perintah yang jelas kepada pesawat, rute mana yang harus diambil, ketinggian berapa yang harus didaki, sehingga kerja pilot dapat dipermudah.
Kira-kira, analogi di atas bisa kita gunakan untuk menggambarkan apa yang tertulis dalam Galatia 5:18 yang berbunyi, ”Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.” Kita bisa menggambarkan Roh Kudus seperti sistem autopilot yang membantu pilot untuk mengarahkan pesawat di antara awan dan langit yang serupa ke manapun kita memandang, apalagi jikalau ada badai di tengah perjalanan, dan hukum Taurat bisa kita ibaratkan dengan buku manual pesawat yang kita terbangkan dengan kekuatan dan hikmat diri sendiri. Permasalahannya, seperti sistem autopilot, kita juga butuh untuk percaya dan menyerahkan kendali atas hidup kita kepada Roh Kudus, karena tanpa ada penyerahan, kita akan menerbangkan kehidupan kita hanya berdasarkan buku manual yang kita miliki. Percaya akan pimpinan Roh, sama seperti dengan sistem autopilot, juga memerlukan peran dan aksi respons dari kita, agar kita dan Roh Kudus dapat bekerjasama dengan baik.
Jadi, maukah kita menyerahkan hidup kita untuk dipimpin oleh Roh? Apalagi di tengah bagai kehidupan yang melanda. Mari kita renungkan bersama! Tuhan berkati!