What Does It Means To Be Mentally Free?

Kebebasan sesungguhnya adalah bebas dari beban yang mengikat jiwa—kecemasan, ketakutan, dan rasa tidak berharga. Hal ini juga berkaitan dengan mental kita.

Di masa yang penuh tekanan, kesehatan mental bukan lagi pilihan, tapi sebuah kebutuhan spiritual. Kita cenderung berpikir untuk harus terus-menerus tampil sempurna, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata. Hal ini menciptakan ilusi bahwa kita tidak boleh rapuh dan lemah.

Namun, kebebasan yang Kristus tawarkan adalah kebebasan untuk menjadi diri sendiri yang utuh. Dia tidak pernah mengharapkan kita untuk menjadi sempurna, Dia hanya ingin kita jujur.

Bayangkan kamu sedang mendaki gunung. Pemandangan di sekelilingmu menakjubkan. Tapi, kamu membawa ransel yang sangat berat, penuh dengan batu-batu dari masa lalu: rasa bersalah, penyesalan, atau rasa tidak berharga. Setiap langkah terasa berat, dan kamu tidak bisa menikmati keindahan di sekitarmu karena fokusmu hanya pada lelah dan beban di punggungmu.

Kesehatan mental adalah tentang menyadari beban itu, lalu berani melepaskan batu-batu tersebut.

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
— Filipi 4:6-7 TB

Ayat ini bukan tentang menghilangkan masalah, tetapi tentang mengubah cara kita menghadapinya. Paulus mengajak kita untuk menyerahkan kekhawatiran dan kecemasan kepada Tuhan, bukan menyimpannya sendiri. Ketika kita melakukannya, kita akan menerima damai sejahtera yang melampaui akal sehat yang membuat kita terhindar dari kecemasan yang terus-menerus.

Jadi, mulailah langkah kecil. Beranilah untuk mengakui bahwa mentalmu butuh istirahat. Berbicaralah pada teman atau cari bantuan profesional jika diperlukan. Ingat, melepaskan beban dan merawat mental adalah salah satu tindakan spiritual terpenting yang bisa kamu lakukan.

Previous
Previous

Kagak Gitu, EGO!

Next
Next

Dari Rantai ke Janji