Luka yang Menyembuhkan
“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”
Kita sering mendengar bahwa Tuhan adalah kekuatan kita saat kita lemah. Itu benar. Namun, kita juga perlu menyadari bahwa kadang-kadang, kekuatan terbesar kita justru muncul setelah kita mengakui dan menghadapi rasa sakit kita, bukan saat kita berpura-pura baik-baik saja.
Luka emosional atau pengalaman pahit bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses pemurnian. Sama seperti emas yang harus melewati panas api yang membakar untuk menghilangkan kotoran dan bersinar, hati kita pun diizinkan melewati 'api' penderitaan agar iman kita dimurnikan dan karakter kita dibentuk.
Keberanian bukanlah absennya rasa sakit, melainkan keputusan untuk membawa luka itu kepada Yesus. Saat kita berani mengakui, saat itulah penyembuhan dimulai.
Mazmur 147:3 mengingatkan kita bahwa Dia tidak hanya melihat luka kita, tetapi juga secara aktif menyembuhkan hati yang hancur dan membalut setiap rasa sakit. Dia adalah satu-satunya yang dapat mengubah kepahitan menjadi kebijaksanaan, dan duka menjadi kekuatan.
Jangan tutupi luka kita dengan senyum palsu. Beranilah menghadapinya, dan bawalah rasa sakit itu dalam doa kepada Tuhan. Percayalah, Dia akan menggunakan jalan berliku yang kita lalui untuk menghasilkan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada emas.